Paradigma Ekonomi Islam, Pengertian dan Asasnya

  • 4 min read
  • Okt 01, 2023
paradigma ekonomi Islam

Paradigma Ekonomi Islam menjadi topik yang semakin banyak diperbincangkan. Dalam konteks ini, paradigma dapat dipahami sebagai sebuah kerangka berpikir atau cara pandang terhadap suatu hal. Sementara Ekonomi Islam merupakan konsep yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dalam mengatur aktivitas ekonomi.

Pandangan hidup, atau worldview, adalah hasil dari pengalaman dan ilmu yang dimiliki seseorang. Dalam Islam, pandangan hidup (Worldview Islam) terbentuk dari kombinasi Wahyu, Akal, dan Indera. Ini berbeda dengan pandangan hidup Barat dan Kristen yang lebih mendasarkan diri pada Akal dan Indera.

Pengertian Paradigma Ekonomi Islam

Paradigma ekonomi Islam adalah pandangan atau cara pandang terhadap sistem ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Paradigma ini memiliki perbedaan yang bersifat paradigmatik dengan sistem ekonomi konvensional. Sistem ekonomi Islam berbasis pada religious worldview and vision, yang diderivasikan dari lima nilai universal, yaitu tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah), dan ma’ad (hasil)

Dari kelima nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yaitu kepemilikan multijenis (multiple ownership), kebebasan bertindak atau berusaha (freedom to act) serta keadilan sosial (social justice)

Prinsip-prinsip ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal yang meliputi tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil).

Definisi Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah bidang studi yang mengkaji perilaku ekonomi dari sudut pandang Islam. Namun, tidak ada definisi tunggal yang disepakati oleh komunitas ekonomi Islam, yang mengakibatkan kebingungan di kalangan mahasiswa dan peneliti ekonomi Islam mengenai definisi ekonomi Islam yang disebutkan dalam berbagai literatur.

Definisi ekonomi Islam telah berkembang dari waktu ke waktu, dan terdapat perspektif yang berbeda mengenai sifat, metodologi, dan cakupannya. Beberapa ahli berpendapat bahwa ekonomi Islam adalah disiplin ilmu yang mempelajari sistem ekonomi Islam dan mencoba mendefinisikan aksioma-aksioma dasar, nilai-nilai, dan institusi-institusi dari sistem tersebut.

Sebagian lagi berpendapat bahwa ekonomi Islam adalah sebuah dogma atau doktrin, sistem ekonomi, atau ekonomi negara-negara Muslim.

Filosofi di balik ekonomi Islam didasarkan pada keinginan yang terbatas dan sumber daya yang tidak terbatas, yang didukung oleh Al-Quran dan Hadis.

Ekonomi Islam memiliki beberapa definisi

Diartikan sebagai ilmu dan penerapan perintah serta aturan syariah dalam melindungi ketidakadilan dalam pengelolaan dan penggunaan sumber daya alam guna memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus menjalankan tanggung jawab kepada Allah SWT. dan masyarakat.

Menurut Masudul Alam Choudhury, Ekonomi Islam adalah studi yang memadukan sejarah, pendekatan empiris, dan teoritis terhadap kebutuhan individu dan masyarakat dengan berlandaskan nilai-nilai Islam.

Klasifikasi Paradigma Ekonomi Islam

Paradigma Ekonomi Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua aliran utama:

  • Eklektisme Metodologis: Aliran pemikiran yang akomodatif dengan beberapa modifikasi. Diadvokasi oleh tokoh-tokoh seperti Muhammad Abdul Mannan dan Muhammad Nejatullah Siddiqi.
  • Paradigma Purifikasi: Aliran yang menegaskan bahwa Ekonomi Islam harus murni dari tashawwur Islam, tanpa dicampur dengan sistem ekonomi lainnya. Beberapa pendukungnya adalah Abdul Hamid Abusulayman, Seyyed Vali Reza Nasr, Ziaudin Sardar, dan Muhammad Syukri Salleh.

Menurut Furqani dan Haneef (2015) terdapat tiga pendekatan utama. Pertama adalah pendekatan Usul al-Fiqh, yang merujuk pada metode penurunan hukum-hukum Islam. Meskipun pendekatan ini memiliki kedalaman dalam konteks teologis, namun dianggap kurang sesuai untuk diterapkan dalam realitas ekonomi praktis karena cakupannya yang terbatas.

Kedua adalah pluralisme metodologi. Dalam ekonomi kontemporer, ada kecenderungan untuk memperluas kerangka kerja metodologis dengan menggabungkan berbagai pendekatan. Namun, ada keraguan mengenai apakah epistemologi Islam benar-benar mendukung pendekatan yang plural ini atau hanya mengakui kemungkinannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana cara terbaik mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam dengan kerangka kerja ekonomi modern.

Ketiga, ada pendekatan Islamisasi Ekonomi (IOE). Ini melibatkan usaha untuk mengintegrasikan ekonomi konvensional dengan prinsip-prinsip dan warisan Islam. Namun, pendekatan ini sering kali mendapat kritik karena dianggap kurang mendalam dan tidak sepenuhnya mencerminkan prinsip-prinsip dasar Islam.

Sebagai respons terhadap ketiga pendekatan ini, penulis menekankan pentingnya pendekatan yang lebih otentik dalam Islamisasi ekonomi. Hal ini memerlukan rujukan yang jelas pada pandangan dunia Islam dan prinsip-prinsip fundamentalnya. Dengan demikian, akan mungkin untuk mengembangkan ekonomi Islam sebagai disiplin ilmu yang benar-benar berbeda dan otentik yang sesuai dengan ajaran dan prinsip-prinsip Islam.

Asas dan Unsur Ekonomi Islam

Dalam Ekonomi Islam, beberapa prinsip dasar diantaranya adalah Tauhid, Ubudiyah, Khalifah di Bumi, Sumber Daya Alam untuk Umat, serta Tawazun (Keseimbangan) dalam menggapai ridha Allah SWT.

Ekonomi Islam bukan hanya sekadar sistem ekonomi alternatif, tetapi merupakan refleksi dari nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam. Berikut penjelasan mengenai asas dan unsur dalam Ekonomi Islam yang Anda sebutkan:

Tauhid

Tauhid adalah konsep dasar dalam Islam yang menegaskan keesaan Allah SWT. Dalam konteks ekonomi, Tauhid menekankan bahwa kekayaan sejatinya adalah milik Allah dan manusia hanya sebagai pengelola. Ini mengimplikasikan bahwa penggunaan kekayaan harus sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.

Ubudiyah

Ubudiyah berasal dari kata ‘Abd yang berarti hamba. Dalam konteks ekonomi, konsep ini menekankan bahwa manusia seharusnya menjalankan aktivitas ekonominya sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Ini berarti bahwa transaksi bisnis dan kegiatan ekonomi lainnya harus dilakukan dengan niat yang tulus dan sesuai dengan syariah.

Khalifah di Bumi

Manusia dianggap sebagai khalifah atau wakil Allah di bumi. Dalam kapasitas ini, manusia diberi tanggung jawab untuk mengelola dan menjaga sumber daya alam serta kekayaan dunia dengan cara yang berkelanjutan dan adil. Hal ini menekankan pentingnya etika bisnis dan tanggung jawab sosial dalam ekonomi Islam.

Sumber Daya Alam untuk Umat

Menurut prinsip ini, sumber daya alam adalah milik bersama dan harus digunakan untuk kebaikan dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Ini mengimplikasikan bahwa eksploitasi sumber daya harus dilakukan dengan cara yang adil dan tidak boleh ada pihak yang dirugikan.

Tawazun (Keseimbangan)

Ekonomi Islam menekankan pentingnya keseimbangan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam aktivitas ekonomi. Hal ini mencakup keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara dunia dan akhirat, serta antara hak dan kewajiban. Tujuan utamanya adalah mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan umum, serta menghindari ketidaksetaraan ekstrem dan eksploitasi.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip di atas, diharapkan aktivitas ekonomi dapat dilakukan dengan cara yang adil, etis, dan berkelanjutan, sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Islam.

Soal Essai Paradigma Ekonomi Islam

  1. Integrasi Prinsip Ekonomi dan Islam. Bagaimana prinsip-prinsip dasar dalam Ekonomi Islam, seperti Tauhid dan Khalifah di Bumi, dapat diintegrasikan ke dalam praktik ekonomi modern untuk menciptakan sistem yang lebih adil dan berkelanjutan? Apa tantangan yang mungkin dihadapi dalam upaya integrasi ini?
  2. Perbandingan Paradigma. Bandingkan Paradigma Eklektisme Metodologis dan Paradigma Purifikasi dalam Ekonomi Islam. Menurut Anda, mengapa dua aliran pemikiran ini berkembang? Dan bagaimana kedua aliran ini bisa memberikan kontribusi dalam pengembangan Ekonomi Islam di masa depan?
  3. Definisi Ekonomi Islam. Mengapa definisi Ekonomi Islam memiliki variasi dan tidak ada kesepakatan tunggal? Apa dampak dari ketidakpastian definisi ini terhadap perkembangan studi Ekonomi Islam di kalangan akademisi dan praktisi?
  4. Pendekatan dalam Ekonomi Islam. Menurut Furqani dan Haneef (2015), ada tiga pendekatan utama dalam Ekonomi Islam, yaitu Usul al-Fiqh, pluralisme metodologi, dan Islamisasi Ekonomi. Diskusikan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing pendekatan ini. Menurut Anda, pendekatan mana yang paling efektif dalam mengembangkan Ekonomi Islam sebagai disiplin ilmu yang otentik?
  5. Refleksi Nilai Islam dalam Ekonomi Kontemporer. Sebagai refleksi dari nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam, Ekonomi Islam menawarkan alternatif terhadap sistem ekonomi konvensional. Dalam konteks globalisasi dan tantangan ekonomi kontemporer, bagaimana Ekonomi Islam dapat memberikan solusi yang inovatif untuk mengatasi ketidaksetaraan, eksploitasi, dan ketidakadilan sosial?

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konsultasi Online